SUARA DAERAH SRAGEN – Di bayang-bayangi perlambatan ekonomi pasca pandemi yang masih menyisakan luka di pedesaan, Perum Bulog mencoba menawarkan sebuah harapan. Tak lagi sekadar menjadi "penjaga gudang" Beras Nasional, BUMN pangan ini mulai merambah celah ekonomi sirkular di lini hulu.
Pada Minggu (28/12/2025) Desa Jekani di Kecamatan Mondokan menjadi laboratorium hidup bagi ambisi tersebut. Lewat program bertajuk Bulog Industry Ecosociosystem, perusahaan plat merah ini mencoba menjawab dua masalah klasik di Sragen sekaligus Limbah sekam padi yang menumpuk dan krisis air bersih menahun.
Selama ini, sekam padi dari Sentra Penggilingan Padi (SPP) Bulog Sragen kerap dianggap sebagai residu tak bernilai. Namun, melalui kolaborasi dengan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS), limbah tersebut kini disulap menjadi media tanam (baglog) jamur tiram.
Direktur SDM dan Transformasi Perum Bulog Sudarsono Hardjosoekarto, menyebut langkah ini sebagai upaya menciptakan nilai tambah (value creation). "Kami mendorong produk samping pengolahan padi tidak menjadi limbah, melainkan sumber ekonomi baru yang menciptakan lapangan kerja di sekitar wilayah operasional," ujarnya.
Tak tanggung-tanggung, program ini menyentuh aspek teknologi. Kumbung jamur berkapasitas 6.500 baglog yang dibangun di Jekani telah dilengkapi dengan sistem Smart Kumbung berbasis Internet of Things (IoT). Intervensi teknologi ini diharapkan mampu meminimalisir kegagalan panen yang selama ini menghantui Kelompok Tani Jamur Tiram Makmur Mondokan. Semua ini program untuk Masyarakat Indonesia Maju
Namun, urusan perut bukan satu-satunya isu. Di balik potensi agrobisnisnya, warga Kebayanan Garut di Desa Jekani telah bergelut dengan krisis air bersih selama hampir 20 tahun. Sebanyak 300 kepala keluarga selama ini harus memutar otak hanya untuk memenuhi kebutuhan sanitasi dasar.
Berbarengan dengan program pemberdayaan ekonomi, Bulog meresmikan sumur air bersih melalui pilar Bulog Peduli. Langkah ini seolah menjadi "pemadam kebakaran" bagi masalah infrastruktur dasar yang luput dari perhatian selama dua dekade terakhir.
Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, mengakui bahwa sinergi lintas sektor ini adalah kunci. "Ini bukan sekadar bantuan sosial, tapi membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal," kata Sigit.
Dia menekankan pentingnya keberlanjutan agar fasilitas ini tidak menjadi monumen mangkrak di kemudian hari. Namun, tantangan sesungguhnya terletak pada pendampingan pasca-proyek. Saling bersinergi dalam pemasaran adalah kunci kesuksesan kedepannya.
Tanpa rantai pasar yang jelas untuk produk jamur tiram tersebut, pembangunan kumbung pintar berisiko hanya menjadi proyek percontohan yang sulit direplikasi.
Jurnalis Wahono
Editor : Nofis


Social Header