SUARA DAERAH SRAGEN - Di tanah tempat manusia purba menapakkan jejak pertamanya, Sangiran kembali bersinar melalui Event Budaya Sangireka 2025. Bertempat di Lapangan Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe pada Minggu (2/11/2025), kegiatan menjadi momentum pertemuan ilmuwan, seniman, dan masyarakat dari berbagai negara dalam satu ruang untuk memperkuat kolaborasi kebudayaan.
Acara ini merupakan hasil kerjasama antara The International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP) sebagai penyelenggara utama dengan BLU Museum dan Cagar Budaya (MCB) Unit Museum Manusia Purba Sangiran, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang memadukan semangat riset ilmiah dan nilai-nilai budaya dalam satu wadah.
Bupati Sragen Sigit Pamungkas, yang menyampaikan sambutannya dalam bahasa Inggris, mengungkapkan rasa bangga dan haru atas terselenggaranya kegiatan yang memadukan nilai ilmiah dan kearifan lokal ini. Menurutnya, Sangiran adalah simbol kebesaran ilmu dan kemanusiaan yang harus terus dijaga secara keberlanjutannya.
“Sangiran bukan hanya warisan budaya, tetapi juga permata ilmu pengetahuan dan pendidikan, karena dari sinilah peradaban manusia prasejarah bermula. Sebagai pusat penelitian evolusi manusia, Sangiran mengukuhkan identitas Sragen melalui branding daerah “Sragen, The Land of Java Man,” ungkapnya.
Bupati Sragen Sigit Pamungkas menambahkan, momentum ini diharapkan mampu memperkuat sinergi antara peneliti, akademisi, dan masyarakat lokal dalam menjaga keberlanjutan Sangiran.
“Saya mewakili masyarakat Sangiran berharap adanya partisipasi aktif dari para peserta UISPP untuk mendukung keberlanjutan pengembangan kawasan ini. Tidak hanya untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” harapnya.
Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya, Muhammad Iqbal, menjelaskan Sangireka menjadi ruang pertemuan antara ilmu, budaya, dan kreativitas yang tumbuh di sekitar situs warisan dunia Sangiran.
“Kami berharap Sangireka dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan dan menjadi program tahunan yang menghubungkan prasejarah, masyarakat, dan masa depan. Melalui ilmu, budaya, dan kebersamaan, kita dapat menjadikan Sangiran bukan hanya situs fosil, tetapi sumber nilai kemanusiaan dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Ahmad Mahendra, menilai keberadaan Sangiran sebagai simpul penting bagi penguatan ekosistem budaya nasional.
“Sangiran memiliki peran penting dalam membangun ekosistem budaya yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, sejalan dengan visi Bupati Sragen yang seirama dengan arah kebijakan Kementerian Kebudayaan, khususnya dalam pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan budaya agar Sangiran menjadi ikon daerah yang memberi dampak nyata bagi kesejahteraan warganya,” tuturnya.
Sorak dan irama berpadu mengiringi pembukaan Sangireka yang diisi dengan penampilan Teater Gejug Lesung Sangir, Grup Gejog Lesung Ngebung, Tari Rodat, dan Keroncong Atap. Tak hanya itu, penampilan istimewa Endah Laras memukau penonton lewat lagu-lagu dalam berbagai bahasa sebagai simbol persahabatan lintas budaya.
Jurnalis Sriwahono Sragen Jawa Tengah


Social Header