Breaking News

Peusaba Aceh Meminta Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh Restorasi Kembali Makam Permaisuri Sultan Iskandar Muda

 
Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman meminta Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh agar dapat merestorasi kembali kawasan Makam Permaisuri Sultan  Iskandar Muda. 

Kawasan Ini merupakan kawasan inti dan penting bagi situs sejarah. Peusaba juga mengapresiasi langkah Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh yang sering bergotong royong membersihkan nisan kerajaan dan situs sejarah di Aceh. 

Sultan Iskandar Muda (memerintah 1607-1636 M), adalah cucu dari Sultan  Sayyidil Al Mukammil (memerintah 1589-1604 M). 

Setelah turun tahta 1604 M maka Sultan pindah ke Merduati, pada  tahun 1605 M Sultan Sayyidil Al Mukammil wafat. Sultan Iskandar Muda kemudian berangkat menuju Pidie langsung ke Reubee untuk berguru kepada Teungku Chik Di Reubee. Sultan Iskandar Muda kemudian bertemu dengan Serikandi Istana Reube Putri Sendi Ratna Indra yang merupakan anak dari Tgk Chik Di Reubee. 

Sultan Iskandar Muda menikahi  Putroe Sendi Ratna Indra dan menjadikannya Permaisuri kerajaan Aceh Darussalam. Dari pernikahan itu lahir Abangta Poteu Cut Meurah Pupok dan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Putroe Sendi Ratna Indra di Aceh lebih dikenal dengan nama Putroe Sani.  

Putroe Sani sangat berjasa besar membantu dan mendampingi Sultan Iskandar Muda, termasuk pada  masa sulit ketika konflik perang melawan Portugis. Setelah Sultan Iskandar Muda naik tahta tahun 1607 M, Sultan Iskandar Muda membangun kerajaan Aceh Darussalam menjadi kuat dan kokoh kembali. 

Putroe Sani berperan sangat penting sebagai Istri, Permaisuri dan penasehat bagi Sultan Iskandar Muda. Menarik juga di kaji kenapa nisan Putroe Sani ada di Pidie, belum dibahas oleh sejarawan sehingga perlu diteliti dan dikaji kembali kenapa Putroe Sani memilih dimakamkan di Pidie bukan kawasan Istana Darud Donya.

Peusaba juga mengapresiasi langkah Budayawan Aceh Tarmizi A Hamid atau Cek Midi, Arkeolog Prof. Husaini Ibrahim  dan Dosen UIN Hasan Basri M Nur yang telah berkunjung dan menaikkan kabar rusaknya situs ini ke media. Sebelumnya banyak yang tidak tahu lokasi makam Putroe Sani Permaisuri Sultan Iskandar Muda, lalu sekarang sudah banyak yang tahu, ini adalah langkah bijaksana dalam perlindungan sejarah dan budaya.

Maka Peusaba meminta Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh mensosialisasikan pentingnya situs sejarah Aceh. Karena kurangnya pemahaman akan situs sejarah banyak situs sejarah yang hilang, rusak atau di curi oleh berbagai pihak yang tidak bertanggungjawab.  

Kejadian terbaru adalah hilangnya Situs Kompleks Nisan Maharaja Di Gampong Jawa Kecamatan Kutaraja Bandar Aceh yang berisi sekira puluhan batu nisan. Padahal nisan-nisan itu ditemukan dalam area lahan lebat di Gampong Jawa. kemudian ada pihak yang mencuri batu-batu  nisan dengan alasan di bawa ke Museum. "Meseum hana tatupat, nisan ka gadoh memang pelaku itu kurang ajar betul", geram ketua Peusaba Aceh. 

Ketua  Peusaba Aceh meminta Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh membuat aturan yang jelas tentang pencurian situs batu nisan. 

Sekarang di Aceh banyak situs nisan dicuri, dimusnahkan dan dipindahkan oleh pihak mafia tanah bekerjasama dengan museum gadungan, yang berpura-pura menampung nisan curian padahal rencananya untuk memusnahkan situs pemakaman Kerajaan Aceh.

Kasus Pencurian Situs nisan-nisan ini malah melibatkan dan dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai Budayawan , Sejarahwan atau Kolektor Manuskrip dan museum gadungan.

"Mereka orang mengaku intelektual yang sehari-hari berkutat dengan pelestarian warisan sejarah, tapi bukannya melindungi warisan situs sejarah Aceh, mereka malah terlibat tindakan kriminal memusnahkan dan mencurinya!", Kata Ketua Peusaba tak habis pikir.

Pemerintah Aceh, yang juga sudah mengetahui kasus ini, diminta jangan hanya diam saja membiarkan tindakan illegal pencurian batu nisan dan situs  kerajaan. 

Jika tindakan kriminal ini terus dibiarkan maka akan banyak situs nisan era Kesultanan Aceh Darussalam yang raib dicuri. 

Apa juga dibanggakan dari Aceh Negeri Besar :"Pat Raya Nanggroe Aceh kubu  Raja ngen Ulama Indatu  di Peugot keu proyek Tinja IPAL di Gampong Pande. Jinoe Nisan di Gampong Jawa di Cue le Pancuri Aneuk bajeung. Cucoe Abu Lahab Publoe Canggruek yang pah sit tat tatampa ngen ta teupuek", marah ketua Peusaba Aceh. 

Ketua Peusaba Aceh meminta semua pihak di Aceh benar-benar serius melindungi sejarah Aceh.  Sejarah Aceh adalah sejarah besar yang wajib dilindungi, sebagai pembelajaran masa kini dan warisan untuk generasi yang akan datang. Karena Situs Sejarah Aceh adalah situs sejarah Perkembangan Islam yang menyimpan bukti perkembangan  Islam di kawasan Timur dunia yakni Asia Tenggara.

Narasumber : Tengku Ustad Mawardi Usman

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - SUARADAERAH.ID